Kabupaten
Probolinggo
Kabupaten
Probolinggo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia.
Kabupaten ini dikelilingi oleh Gunung
Semeru, Gunung Argopuro, dan Pegunungan Tengger.Kabupaten Probolinggo mempunyai semboyan "Prasadja Ngesti Wibawa". Makna semboyan : Prasadja berarti : bersahaja, blaka, jujur, bares, dengan terus terang, Ngesti berarti : menginginkan, menciptakan, mempunyai tujuan, Wibawa berarti : mukti, luhur, mulia. "Prasadja Ngesti Wibawa" berarti : Dengan rasa tulus ikhlas (bersahaja, jujur, bares) menuju kemuliaan.
Kabupaten
Probolinggo
|
|
Lambang Kabupaten Probolinggo Moto: Prasadja Ngesti Wibawa |
|
Peta lokasi Kabupaten Probolinggo Koordinat: 112° 51' - 113° 30' BT dan 7° 40' - 8° 10' LS |
|
Pemerintahan
|
|
- Bupati
|
|
- Wakil
Bupati
|
Timbul
Prihanjoko
|
- DAU
|
Rp.
848.994.313.000.-(2013)[2]
|
Luas
|
1.696,166 km2
|
Populasi
|
|
- Total
|
1.004.967
jiwa
|
- Kepadatan
|
592,49
jiwa/km2
|
Demografi
|
|
0335
|
|
Pembagian
administratif
|
|
24
|
|
325 desa, 5
kelurahan
|
|
- Situs
web
|
Kabupaten Probolinggo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia.
Kabupaten ini dikelilingi oleh Gunung
Semeru, Gunung Argopuro, dan Pegunungan Tengger.
Kabupaten Probolinggo mempunyai semboyan "Prasadja Ngesti
Wibawa". Makna semboyan : Prasadja berarti :
bersahaja, blaka, jujur, bares, dengan terus terang, Ngesti
berarti : menginginkan, menciptakan, mempunyai tujuan, Wibawa
berarti : mukti, luhur, mulia. "Prasadja Ngesti Wibawa"
berarti : Dengan rasa tulus ikhlas (bersahaja, jujur, bares) menuju
kemuliaan.
Etimologi
Ketika seluruh Wilayah Nusantara
dapat dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit
tahun 1357 M (1279 Saka), Patih Gajah Mada
telah dapat mewujudkan ikrarnya dalam Sumpah
Palapa, menyambut keberhasilan ini, Raja Hayam Wuruk
berkenan berpesiar keliling negara. Perjalanan muhibah ini terlaksana pada
tahun 1359 M (1281 Saka).
Menyertai perjalanan bersejarah ini, Empu Prapanca seorang pujangga ahli
sastra melukiskan dengan kata-kata, Sang Baginda Prabu Hayam Wuruk merasa suka
cita dan kagum, menyaksikan panorama alam yang sangat mempesona di kawasan yang
disinggahi ini. Masyarakatnya ramah,tempat peribadatannya anggun dan tenang,
memberikan ketenteraman dan kedamaian serta mengesankan. Penyambutannya meriah
aneka suguhan disajikan, membuat Baginda bersantap dengan lahap. Taman dan
darma pasogatan yang elok permai menyebabkan Sang Prabu terlena dalam
kesenangan dan menjadi kerasan.
Ketika rombongan tamu agung ini hendak melanjutkan perjalanan, Sang Prabu
diliputi rasa sedih karena enggan untuk berpisah. Saat perpisahan diliputi rasa
duka cita, bercampur bangga. Karena Sang Prabu Maha Raja junjungannya berkenan
mengunjungi dan singgah berlama-lama di tempat ini. Sejak itu warga di sini
menandai tempat ini dengan sebutan Prabu Linggih. Artinya tempat persinggahan
Sang Prabu sebagai tamu Agung. Sebutan Prabu Linggih selanjutnya mengalami
proses perubahan ucap hingga kemudian berubah menjadi Probo Linggo. Maka
sebutan itu kini menjadi Probolinggo.
Potensi
Kabupaten Probolinggo mempunyai banyak objek wisata, di antaranya Gunung
Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang
dengan taman lautnya, Pantai Bukit Bentar, Ranu Segaran, dan Sumber Air Panas
yang terletak di Desa Tiris serta Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Selain itu
Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas, di antaranya Kerapan
Sapi, Kuda Kencak, Tari Glipang dan Tari Slempang, Tari Pangore dan Seni Budaya
masyarakat
Tengger. Selain obyek wisata dan keseniannya Kabupaten Probolinggo juga
menghasilkan buah-buahan, sayur-sayuran serta hasil perkebunan lainnya.
Geografi
Kabupaten Probolinggo memiliki luas sekitar 1.696,166 Km persegi, tepatnya
pada 112° 51' - 113° 30' Bujur Timur dan 7° 40' - 8° 10' Lintang Selatan,
berada pada ketinggian 0 - 2500 m dpl.
Batas wilayah
|
|
Di tengah-tengah Kabupaten Probolinggo terdapat kota otonom, Kota
Probolinggo.
Hasil Bumi
Kabupaten Probolinggo memiliki Sumber Daya Alam berupa tembakau , mangga,
anggur, semangka, gula, pohon jati, udang, pasir, emas, tembaga, mangaan, biji
besi, belerang, sulfur, dan ikan laut.
Demografi
Wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang sangat Asri seperti
Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Pajarakan, Kraksaan, Paiton dan terdapat
Wisata Pantai Pasir Putih dengan Panorama Ikan dan Trumbu Karang. Sedangkan
daerah pegunungan berpotensi untuk pengembangan sektor perkebunan dengan
berbagai komoditinya.
Referensi^ Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pemindahan ibu kota Kabupaten Probolinggo
dari wilayah Kota Probolinggo ke wilayah Kecamatan Kraksaan, Kabupaten
Probolinggo, Provinsi Jawa Timur
|
Kota
Probolinggo
|
|
Lambang Kota Probolinggo Moto: Bestari |
|
Peta lokasi Kota Probolinggo Koordinat: - |
|
Dasar hukum
|
-
|
Tanggal
|
-
|
Pemerintahan
|
|
- Wali
Kota
|
|
- Wakil
Wali Kota
|
Drs. H.
Bandyk Sutrisno, MSi.
|
- DAU
|
Rp.
414.534.284.000.-(2013)[1]
|
Luas
|
25,24 km²
|
Populasi
|
|
- Total
|
200.000
(2003)
|
- Kepadatan
|
7.924
|
Demografi
|
|
0335
|
|
Pembagian
administratif
|
|
5
|
|
29
|
|
- Situs
web
|
Kota Probolinggo, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia.
Terletak sekitar 100 km sebelah tenggara Kota Surabaya, Kota Probolinggo
berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara, serta Kabupaten Probolinggo di sebelah timur,
selatan, dan tengah. Kota ini juga terdapat pelabuhan perikanan yang cukup
besar.
Etimologi
'''Probolinggo''' yang
ada hubungannya dengan cerita kuno, yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya
(meteor). Tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu dipilih sebagai
tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan.
Probo dalam bahasa Sanskerta berarti sinar, sedang Lingga
berarti tanda, dalam hal ini tanda perdamaian. Dapat juga diartikan : asli
atau sederhana (seperti perwujudan seluruh lambang yang sederhana).
Dengan lambang ini diharapkan jiwa nurani segenap penduduk Kota Probolinggo
selalu mendapat tuntunan cahaya terang sehingga alam pikiran dan perbuatannya
selalu ditujukan pada usaha tercapainya masyarakat adil makmur, sesuai dengan
cita-cita proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Kediaman residen
Probolinggo di masa Hindia Belanda
Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk) raja
Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”,
nama sungai yang mengalir di tengah daerah Banger ini. Banger merupakan
pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal
dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh Pujangga Kerajaan Majapahit yang
terkenal, yaitu Prapanca.
Sejalan dengan perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan di zaman Kerajaan
Majapahit, pemerintahan di Banger juga mengalami
perubahan-perubahan/perkembangan seirama dengan perkembangan zaman. Semula
merupakan pedukuhan kecil di muara kali Banger, kemudian berkembang manjadi
Pakuwon yang dipimpin oleh seorang Akuwu, di bawah kekuasaan kerajaan
Majapahit. Pada saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan berkuasa,
Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan, dikuasai pula
oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi
(Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) yang dikenal dengan
“Perang Paregreg”.
Pada masa Pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam
perjanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh
daerah di sebelah Timur Pasuruan (termasuk Banger) diserahkan kepada VOC pada
tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC
mengengkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar
Tumenggung. Kabupatennya terletak di Desa Kebonsari Kulon. Kyai Djojolelono
adalah putera Kyai Boen Djolodrijo (Kiem Boen), Patih Pasuruan. Patihnya Bupati
Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati). Kompeni (VOC) terkenal dengan
politik adu dombanya. Kyai Djojolelono dipengaruhi , diadu untuk
menangkap/membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati
yang turut memusuhi kompeni. Panembahan Semeru akhirnya terbunuh oleh Kyai
Djojolelono. Setelah menyadari akan kekhilafannya, terpengaruh oleh politik adu
domba kompeni, Kyai Djojolelono menyesali tindakannya. Kyai Djojolelono
mewarisi darah ayahnya dalam menentang/melawan kompeni. Sebagai tanda sikap
permusuhannya tersebut, Kyai Djojolelono kemudian menyingkir, meninggalkan
istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger pada tahun 1768, terus
mengembara/lelono.
Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni mengangkat Raden Tumenggung
Djojonegoro, putra Raden Tumenggung Tjondronegoro, Bupati Surabaya ke 10
sebagai Bupati Banger kedua. Rumah kabupatennya dipindahkan ke Benteng Lama.
Kompeni tetap kompeni, bukan kompeni kalau tidak adu domba. Karena politik adu
domba kompeni, Kyai Djojolelono yang tetap memusuhi kompeni ditangkap oleh
Tumenggung Djojonegoro. Setelah wafat, Kyai Djojolelono dimakamkan di pasarean
“Sentono”, yang oleh masyarakat dianggap sebagai makam keramat.
Di bawah pimpinan Tumenggung Djojonegoro, daerah Banger tampak makin
makmur, penduduk tambah banyak. Beliau juga mendirikan Masjid Jami’ (± Tahun
1770). Karena sangat disenangi masyarakat, beliau mendapat sebutan “Kanjeng
Djimat”. Pada tahun 1770 nama Banger oleh Tumenggung Djojonegoro (Kanjeng
Djimat) diubah menjadi “Probolinggo” (Probo : sinar, linggo : tugu,
badan, tanda peringatan, tongkat). Probolinggo : sinar yang berbentuk
tugu, gada, tongkat (mungkin yang dimaksud adalah meteor/bintang jatuh).
Setelah wafat Kanjeng Djimat dimakamkan di pasarean belakang Masjid Jami’.
Geografi
Letak Kota Probolinggo berada pada 7° 43′ 41" sampai dengan 7° 49′
04" Lintang Selatan dan 113° 10′ sampai dengan 113° 15′ Bujur Timur dengan
luas wilayah 56,667 Km². Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah
transit yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur Kota) : Banyuwangi,
Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota (sebelah barat
Kota) : Pasuruan, Malang, Surabaya.
Adapun batas wilayah administrasi Kota Probolinggo meliputi :
1. Sebelah Utara : Selat Madura
2. Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Leces, Wonomerto, Sumberasih Kab.
Probolinggo
4. Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo
Luas wilayah Kota Probolinggo tercatat sebesar 56.667 Km?. Secara administrasi pemerintahan Kota Probolinggo terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan dan 29 Kelurahan yang terdiri dari Kecamatan Mayangan terdapat 5 Kelurahan, Kecamatan Kademangan terdapat 6 Kelurahan, Kecamatan Wonoasih terdapat 6 Kelurahan, Kecamatan Kedopok terdapat 6 Kelurahan, dan Kecamatan Kanigaran terdapat 6 Kelurahan . [2]
Iklim
Pada umumnya wilayah Kota Probolinggo beriklim tropis dengan rata-rata
curah hujan mencapai + 961 millimeter dengan jumlah hari hujan mencapai 55
hari. Curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember, sedangkan
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Temperatur rata-rata terendah
mencapai 26 °C dan tertinggi mencapai 32 °C.
Kota Probolinggo mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 musim setiap
tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim
penghujan berada pada bulan Nopember hingga April, sedangkan musim kemarau
berada pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya. Jumlah curah hujan pada
tahun 2008 dari hasil pemantauan pada 4 stasiun pengamatan hujan yang ada di
Kota Probolinggo, rata – rata tercatat sebesar 1.072 mm dan hari hujan sebanyak
63 hari. Apabila dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahun 2007 sebesar
1.368 mm dengan 74 hari hujan, maka kondisi tahun 2008 lebih kering
dibandingkan tahun 2008, dimana curah hujan per hari pada tahun 2008 sebesar
3,75 mm/hari, sedangkan curah hujan per hari pada tahun 2008 sebesar 2,94
mm/hari. Curah hujan terlebat terjadi pada bulan Pebruari dan Maret rata-rata
sebesar 19,84 mm per hari. Selain itu pada bulan Juli sampai dengan September
di Kota Probolinggo terdapat angin kering yang bertiup cukup kencang (kecepatan
dapat mencapai 81 km/jam) dari arah tenggara ke barat laut, angin ini populer
dengan sebutan ”Angin Gending” .[3]
Tata Ruang
Meskipun merupakan wilayah perkotaan, pola penggunaan tanah di Kota
Probolinggo ternyata masih terdapat lahan sawah seluas 1.967,70 hektar
(21 %), lahan bukan sawah seluas 3.699,00 hektar (39,5 %). Lahan
bukan sawah terbagi atas lahan kering 3.595,00 hektar (38,4 %) dan lahan
lainnya (tambak) seluas 104 hektar (1,11%).Melihat potensi dan pemanfaatan
wilayah demikian itu, banyak alternatif yang bisa dipilih untuk mengoptimalkan
pemanfaatan dan pemberdayaan potensi daerah kota, guna mewujudkan visi Kota
Probolinggo sebagai kota tujuan investasi yang perspektif, kondusif dan
partisipatif.
Topografi
Wilayah Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 sampai kurang dari 50
meter dia atas permukaan air laut. Apabila ketinggian tersebut dikelompokkan
atas; ketinggian 0 -10 meter, ketinggian 10 -25 meter, ketinggian 25 -50 meter.
Semakin ke wilayah selatan, ketinggian dari permukaan laut semakin besar. Namun
demikian seluruh wilayah Kota Probolinggo relatif berlereng (0 – 2%). Hal ini
mengakibatkan masalah erosi tanah dan genangan cenderung terjadi di daerah ini.
Karakteristik Sosial
Karakteristik sosial ini penduduk Kota Probolinggo dapat dilihat dari segi
etnik dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Probolinggo dilihat dari sosial
budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan berkembang
menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku, sebagian besar
merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas, terbuka, dan kuat
dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi). Selain itu perpaduan
masyarakat dan budaya yang masih asli dicerminkan dengan gotong royong, dan
adat budaya khas, serta diwarnai dengan unsur Islam. Hal ini dapat dipandang
sebagai potensi masyarakat sehingga menjadi modal dalam peningkatan sumber daya
manusia sehingga terbentuk suatu masyarakat yang handal dan berkembang dan mudah
tanggap terhadap kemajuan. Lebih dari itu potensi potensi yang ada menjadikan
ketahanan sosial masyarakat akan mampu menangkal dan menyaring kemungkinan
adanya pengaruh budaya luar yang negatif.
Salah satu wujud kekhasan budaya masyarakat ialah lahirnya seni budaya khas
daerah seperti seni tari, seni suara, seni musik dan seni rupa. Hal ini selain
memperkuat budaya masyarakat juga menjadi aset yang bisa dikembangkan untuk
wisata maupun industri.[4]
Hidrologi
Sungai-sungai utama yang terdapat di Kota Probolinggo adalah Sungai
Kedunggaleng, Umbul, Banger, Legundi, Kasbah dan Pancur. Dengan rata-rata
panjang aliran sungai mencapai 4.94 km, yang terpanjang alirannya adalah Sungai
Banger dengan panjang aliran mencapai 6.40 km dan yang terpendek alirannya
adalah Sungai Pancur dengan aliran hanya 3.20 km. Sungai tersebut mengalir
sepanjang tahun dari arah selatan ke utara sesuai dengan kelerengan wilayah.
Air sungai dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dan perikanan, hal ini
dimungkinkan karena sungai tersebut belum tercemar oleh industri-industri besar
yang memang tidak terdapat di Kota Probolinggo.
Demografi
Dari piramida penduduk Kota Probolinggo tahun 2006 terlihat bahwa jumlah
penduduk usia produktif 18 tahun keatas yang berjumlah 124.413 jiwa (66,61%)
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif . Dari gambaran ini
terlihat bahwa Kota Probolinggo memiliki potensi SDM yang memadai karena jumlah
usia produktif yang ada cukup besar. Penduduk usia produktif sebagai angkatan
kerja merupakan salah satu modal dalam pelaksanaan pembangunan.
Jumlah penduduk Kota Probolinggo berdasarkan Pencocokan dan
Penelitian(Coklit) oleh Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga
Berencana pada tahun 2008 adalah sebesar 216.833 jiwa dengan komposisi penduduk
laki-laki sebanyak 107.569 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 109.264 jiwa.
Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan
jumlah penduduk laki-laki dan tingkat kepadatan penduduk Kota Probolinggo
mencapai 3.813 jiwa setiap 1 km². Kondisi tenaga kerja di Kota Probolinggo
tahun 2008 meliputi Angkatan Kerja sebanyak 13.195 orang. Berdasarkan data dari
Dinas Tenaga Kerja Kota Probolinggo, pencari kerja terdaftar 13.195 orang,
berhasil ditempatkan 912 orang, pencari kerja yang tidak melapor 538 orang,
sehingga jumlah pencari kerja yang masih terdaftar hingga akhir tahun 2008
sebesar 11.745 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, 11.059 orang atau 83,81%
pencari kerja yang terdaftar berpendidikan minimal SLTA.[5]
Pedologi
Jenis tanah penting diketahui terutama dalam usaha pengembangan pertanian.
Jenis tanah di wilayah Kota Probolinggo terdiri dari Alluvial, Mediteran, dan
Regosol. Jenis tanah alluvial regosol terdapat pada daerah paling utara yaitu
daerah pantai. Alluvial kelabu tua pada bagian tengah ke utara. Jenis tanah
yang terluas di wilayah Kota Probolinggo adalah alluvial coklat keabuan, yaitu
dari bagian tengah hingga selatan kota. Jenis tanah regosol coklat terdapat
sebagian kecil di bagian timur kota, sedangkan kompleks grumosol hitam dan
litosol pada bagian barat daya kota. Jenis tanah aluvial (63.98%) merupakan
tanah yang sangat baik untuk usaha pertanian, karena tersedia cukup mineral
yang diperlukan untuk tumbuh-tumbuhan. Demikian pula jika digunakan untuk
bangunan, jenis tanah ini mempunyai daya tahan yang kuat karena merupakan
endapan tanah liat yang bercampur pasir halus. Jenis tanah grumosol (4.82%)
sifat tanahnya mudah longsor dan memiliki drainase buruk. Dengan demikian,
tentunya jenis tanah ini kurang baik guna didirikan bangunan karena selalu
terancam bahaya. Jenis tanah Mediteran (31.20%) merupakan jenis tanah yang
memiliki karakteristik tahan menahan.
Kemampuan tanah suatu wilayah perlu ditinjau mengenai kedalaman efektif
tanah, tesktur tanah, drainase, dan faktor pembatasnya.
1. Kedalaman efektif
Kedalaman efektif merupakan kedalaman tanah dimana perakaran tanaman masih
bisa tumbuh denga baik. Kedalaman tanah di wilayah Kota Probolinggo adalah
lebih dari 90 cm.
2. Tekstur Tanah
Tesktur tanah adalah perbandingan partikel liat, debu dan pasir yang
terdapat pada suatu gumpalan tanah. Data mengenai tekstur tanah yang diperoleh
adalah tekstur tanah pada kedalaman 20 cm. Tekstur tanah secara umum
diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu halus, sedang dan kasar. Tekstur tanah di
Kota Probolinggo terdiri dari tekstur halus dan sedang. Tanah bertekstur halus
terdapat di wilayah bagian Utara, sedangkan tanah bertekstur sedang terdapat di
bagian wilayah lainnya. Luas tanah bertekstur halus ialah 3.816 Ha (67,35% dari
luas wilayah), sedang tanah bertekstur sedang ialah 1.849,93 Ha (32,65% luas
wilayah). Tanah pertanian, tanah bertekstur sedang merupakan tanah yang paling
mudah pengolahannya.
3. Drainase
Drainase yang dimaksud adalah kemampuan permukaan tanah untuk merembeskan
air secara alami. Keadaan drainase tanah dikelompokkan atas 3 kelas, yaitu
drainase baik/tidak pernah tergenang, tergenang periodik, dan drainase
tergenang terus-menerus. Sebagian besar wilayah Kota Probolinggo berdrainse
cukup baik/tidak pernah tergenang. Drainase tergenang periodik terdapat di
dekat pantai dan beberapa kawasan di daerah tengah. Areal persawahan dan tambak
dimasukkan pada tanah berdrainase baik. Berdasarkan tabel 2.4, hanya 52,5 Ha
(0.93%) tanah berdrainase tergenang periodik dan terus-menerus. Tanah tergenang
periodik tersebut diakibatkan oleh keadaan pasang surut air laut. Keadaan tanah
yang sebagian besar berdrainase baik, tentunya menguntungkan dalam pengembangan
fisik kota.[6]
Pembagian Administratif
Kota Probolinggo terdiri atas 5 Kecamatan,
yaitu Kademangan, Mayangan, Kanigaran, Wonoasih dan Kedopok
Transportasi
Probolinggo berada di jalur utama Surabaya-Banyuwangi. Probolinggo dapat ditempuh dari
Surabaya menggunakan bus
dalam waktu 2,5 jam. Kota ini juga terdapat stasiun kereta api lintas timur
Surabaya-Jember-Banyuwangi. Kereta api yang singgah di Probolinggo diantaranya:
Mutiara Timur (Surabaya-Banyuwangi-Denpasar), Cantik Ekspress (Surabaya-Jember),
Logawa (Purwokerto-Surabaya-Jember), dan Sri Tanjung
(Yogyakarta-Surabaya-Banyuwangi).
Transportasi dalam Kota
- Angkutan Umum/Lin, menghubungkan sebagian besar jalur-jalur utama dalam Kota Probolinggo. Transportasi massal ini berupa mobil berwarna kunig. Tarif rata-rata Rp 3000 untuk umum dan Rp 1000 untuk pelajar.
- Bison/MPU, menghubungkan hanya beberapa daerah yang dilewati jalan antar kota, seperti, Sumbertaman, Pabean dan Sukoharjo. Tarif rata-rata Rp 3000. Transportasi berupa mobil yang berukuran besar.
- Bus Kota, hanya mengubungkan daerah yang dilewati jalur antar kota. Berupa bus yang berukuran sedang dan kecil.
- Becak, tarif rata-rata di kota Probolinggo adalah Rp 5000/km.
- Ojek, hanya beberapa daerah saja yang ada penarik ojek. Sebagian besar di daerah terminal. Transportasi ini berupa kendaraan sepeda motor.
Obyek Wisata
Probolinggo dikenal sebagai kota singgah dalam perjalanan pariwisata menuju
Gunung
Bromo. Secara umum Probolinggo dijangkau oleh para wisatawan lokal maupun
mancanegara melalui Surabaya dengan menggunakan kendaraan umum seperti bus
maupun kereta api. Adapun obyek wisata dalam kota sebagai berikut:
- TWSL. Taman Wisata Studi Lingkungan. Berupa kebun binatang mini yang berada di daerah Mangunharjo. Satwa yang ada dalam kebun binatang ini cukup beragam. Kini, TWSL terus dikembangkan. Biaya masuk hanya Rp 3000/orang untuk dewasa dan Rp 2000 untuk anak-anak.
- Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelelangan Ikan. Masyarakat kota Probolinggo sering berwisata ke Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelelangan Ikan. Walaupun sebenarnya bukan sebuah obyek wisata, tetapi pemandangan dan suasana yang disajikan cukup bagus. Tarif masuk hanya dikenakan terhadap kendaraan bermotor. Untuk Sepeda Motor sebesar Rp 1000 dan Mobil Rp 2000.
- Alun-Alun. Alun-Alun merupakan pusat kota Probolinggo. Terdapat beberapa bangunan penting mengelilingi alun-alun tersebut, seperti, Perpustakaanl, Penjara, Masjid, Kantor DPRD, dan Stasiun. Di sekitar alun-alun juga terdapat banyak penjual makanan dan minuman (semacam pusat jajanan). Terutama setiap minggu, diadakan pasar di alun-alun kota ini, menjual makanan dan berbagai tumbuh-tumbuhan. Tidak dikenakan biaya untuk masuk alun-alun.
- Taman Manula adalah taman rekreasi terletak di jalan Soekarno Hatta yang menyediakan fasilitas HotSPot gratis dan juga fasilitas Massage relaksasi.
- Museum Probolinggo dirintis sejak tahun 2009 dengan mengumpulkan sejumlah bukti-bukti. Misalnya bangunan, pusaka dan foto-foto kuno. Setelah tim museum terbentuk, akhirnya memburu dan mengumpulkan sejumlah bukti sejarah Probolinggo.Sebanyak 140 koleksi Museum Probolinggo terdiri dari temuan Arkeologi, Etnografi, Nomismatik (Uang), Filologi, Keramik Arkelogi, Pusaka, Alat Transportasi dan foto-foto masa lalu
Pendidikan
Sekolah Dasar
Terdapat banyak sekolah dasar di Kota Probolinggo. Biasanya didasarkan pada
kelurahan masing-masing. seperti SDN Bremi 1
Sekolah yang paling terkenal di Kota Probolinggo: SDK Mater Dei, SDN
Sukabumi 2 Probolinggo (RSBI), SDN Sukoharjo 1 Probolinggo (SSN), SDN
Tisnonegaran 2 Probolinggo (SBM),dan SDN Mangunharjo I Probolinggo.
Sekolah Menengah Pertama
- MTS SIROJUL ISLAM : Jl. KH. Munir Chozin No. 8 Probolinggo
- MTS AL FALAH : Jl. Durian No. 13B Probolinggo
- MTS ASSULTHONIYAH : Jl. KH. Sulthon No. 1 Probolinggo
- MTS HIDAYAT : Jl. Supriadi 25A Beberan Kanigaran-Probolinggo
- MTS INTISYARUL ULUM : Jl. Sunan Giri No. 6 Probolinggo
- MTS MIFTAHUL ULUM : Jl. Musi No. 25 Probolinggo
- MTS NEGERI : Jl. Citarum Kentangan No. 09 Probolinggo
- MTS NURUL HIDAYAH : Jl. KH. Fadhol No. 524 Probolinggo
- MTS NURUL HUDA : Jl. Ciwulan No. 5 Probolinggo
- MTS NURUL YAQIN : Jl. Sunan Ampel No. 10 Probolinggo
- MTS NUSANTARA : Jl. Sunan Giri Probolinggo
- MTS RAUDLATUL HASANIYAH : Jl. KH. Abdul Hamid Probolinggo
- MTS RAUDLATUL MUTAALLIMIN : Jl. Mastrip No. 154 Probolinggo
- MTS RIYADLUS SHOLIHIN : Jl. Lawu No. 39 Probolinggo
- MTS ROUDLOTUL THOLIBIN : Jl. KH. Fadhol No. 970 Probolinggo
- MTS SUNAN GIRI : Jl. Sukapura No. 127 Probolinggo
- MTS UNGGULAN TUNAS BANGSA : Jl. Citarum Kentangan No. 57 Probolinggo
- SMP ASSULTHONIYAH : Jl. KH. Sulthon No. 1 Probolinggo
- SMP DIPONEGORO : Jl. Diponegoro No. 2 Probolinggo
- SMP MUHAMMADIYAH 1 : Jl. Mayjen Panjaitan No. 73 Probolinggo
- SMP NURUL ISLAM : Jl. Merapi No. 103 Probolinggo
- SMP PANCA MARGA : Jl. Basuki Rahmat No. 42 Probolinggo
- SMP PGRI 1 : Jl. Dr. Moh. Saleh No. 28 Probolinggo
- SMP SETIA PROBOLINGGO : Jl. Slamet Riyadi Probolinggo
- SMP SUNAN GIRI : Jl. KH. Agus Salim No. 4 Probolinggo
- SMP TAMAN DEWASA : Jl. Suroyo No. 8 Probolinggo
- SMP TERBUKA 10 : Jl. Soekarno-Hatta 263 Probolinggo
- SMP TERBUKA 4 : Jl. Sunan Ampel No. 253 Probolinggo
- SMP TERBUKA 6 : Jl. Kedondong No. 4 Probolinggo
- SMP TERBUKA 8 : Jl. Salak 137 Probolinggo
- SMPK MATER DEI : Jl. Raya Panglima Sudirman 22 Probolinggo
- SMPLB SINAR HARAPAN : Jl. Semeru Probolinggo
- SMPN 1 : Jl. Imam Bonjol No. 49 Probolinggo
- SMPN 2 : Jl. Dr. Moh. Saleh No. 7 Probolinggo
- SMPN 3 : Jl. Hayam Wuruk No. 155 Probolinggo
- SMPN 4 : Jl. Sunan Ampel No. 253 Probolinggo
- SMPN 5 : Jl. Cokroaminoto No. 26 Probolinggo
- SMPN 6 : Jl. Kedondong No. 4 Probolinggo
- SMPN 7 : Jl. Walikota Gatot No. 181 Probolinggo
- SMPN 8 : Jl. Salak 137 Probolinggo
- SMPN 9 : Jl. Cokroaminoto No. 11 Probolinggo
- SMPN 10 : Jl. Soekarno-Hatta 263Q Probolinggo
SMA/SMK/MA sederajat
SMA SIROJUL ISLAM KOTA KRAKSAAN KAB PROBOLINGGO SMA N 1 KOTA PROBOLINGGO
SMA N 2 KOTA PROBOLINGGO SMA N 3 KOTA PROBOLINGGO SMA N 4 KOTA PROBOLINGGO SMK
N 1 KOTA PROBOLINGGO SMK N 2 KOTA PROBOLINGGO SMK N 3 KOTA PROBOLINGGO SMK N 4
KOTA PROBOLINGGO SMA N 1 GEDING MA N 1 KOTA PROBOLINGGO MA N 2 KOTA PROBOLINGGO
Radio
- Radio Probolinggo Suara Andhika (PROSAFM) 105.7 MHz Klik http://prosafm.net
- Suara Kota FM 101.7 Hz
- Angkasa Jaya FM 95.00 Hz
- Radio Probolinggo PT Radio Emdi FM 93.00 MHz http://radioemdi.com Streaming on Blackberry
Buah dari Probolinggo
Buah yang terkenal dari kota Probolinggo adalah buah mangga dan anggur.
Berbagai macam buah mangga yang terdapat di kota Probolinggo misalnya, mangga
manalagi, mangga arum manis, mangga gadung, dan lain-lain.
Walikota
Berikut adalah daftar walikota Probolinggo sejak tahun 1929:
- Ferdinand Edmond Meijer (1929-1937)
- L.A. de Graaff (1937-1940)
- L. Noƫ (1940-1942)
- R. Soedono (1943-1945)
- Gatot (1950-1959)
- Nurudin Madhar Iljas (1959-1961)
- Soendaroe Prawiro Adiredjo (1961-1965)
- Sawal Sastrosoemarto (1965-1966)
- M. Soeparto (1966-1967)
- Asdiroen Wirjokoesoemo (1967-1968)
- Soenarto S. (1968-1970)
- Drs. Harto Harjono (1970-1980)
- Drs. Soesanto Hariasmoro (1980-1981)
- R. Djoewito Moeljodisastro, SH (1981-1985)
- Drs. Latief Anwar (1985-1990)
- Sarwanto (1990-1992)
- H. Soeprapto (1993-1998)
- Drs. H. Banadi Eko, MSi (1998-2004)
- H.M. Buchori, SH MSi (2004-kini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar